Sabtu, November 03, 2007

Inspirasi Tidak Datang Dua Kali

Salah dua kelemahan akut yang acap menyerang saya adalah satu: pelupa; dan dua: rasa penasaran. Untuk yang pelupa biasanya saya atasi dengan menuangkan apa yang tersirat pada apa saja bidang tulisan. Bisa sesobek kertas, notpad, bungkus cemilan, tangan, amplop, dll. Dengan harapan kalau saya lupa saya bisa mencari pada media-media tersebut di mana pernah saya tuangkan. Contoh kasus:

  1. Kalau melihat televisi atau VCD/DVD ada nama artis yang saya menaruh minat akan aktingnya, maka langsung saya tuliskanlah nama tersebut, dengan harapan saya bisa mengetikkannya nanti pada kotak google search. Nah apesnya kalau saya lupa di mana saya menuliskannya, maka yang terjadi saya hanya berharap kelak akan menemukannya jika saya bersih-bersih kamar atau memang secara kebetulan menemukannya kembali.
  2. Hari ini mau ngapain ya?

Yang kedua, penasaran. Ini juga tidak kalah akutnya. Bisa-bisa merem-melek dibuatnya (tidur susah, melek juga males) jika penyakit ini datang melanda. Kalau untuk yang ini saya masih belum menemukan obat atau penawarnya. Misal, contoh kasus:
  1. Bisa diambil sama dengan contoh di atasnya. Kalau saya penasaran dengan seorang artis film yang habis saya lihat filmnya (biasanya televisi), padahal saya merasa pernah tahu siapa dia. Dan kebetulan saya lupa melihat namanya pada jajaran artis pendukung (cast). Bisa-bisa dalam tidur yang teringat hanya mencoba melacak namanya.
  2. Kemarin ada artikel seperti itu di mana ya?

Namun, dari dua keakutan itu saya pun tetap berpikir positif dan terkadang juga bersyukur, dan memandangnya sebagai kentungan/kelebihan karena saya juga terkadang merasa diuntungkan oleh dua keuntungan saya tersebut. Misalnya untuk yang pelupa, saya jadi tidak terlalu memikirkan berbagai macam gejala penyakit hati --beda lagi contoh kasusnya-- seperti misal: dendam, sirik, dengki, ghibah, dll. Sedangkan untuk penasanrannya, saya selalu dipaksa untuk menghapus rasa penasaran dengan mencari, mencari, dan terus mencari. Atau kalau kepepet, saya bisa mengandalkan pada kelebihan saya yang pertama, yaitu pelupa.

Kalau sudah begini, saya pun jadi teringat anjing dalam kisah Lucky Luke, Rantanplan.

Rantanplan is the dog who is stupider than his own shadow.

Saya pun mulai khawatir, jangan-jangan memang seperti Rantanplan. Ah, tentu saja tidak, itu kan hanya rekaan.

Dan seperti biasa, akhirnya saya pun hanya bisa teriak-teriak seperti Ian Kasela:

tak akan mungkin malam selamanya gelap
masih ada waktu melakukan yang terbaik
tak ada manusia yg sempurna, oh
cuma hanya bisa melakukan rencana

Tidak ada komentar: