Kamis, Maret 30, 2006

Lagi sedih

post under: lagu




Sekalinya mbuka imel, langsung isinya kurang mengenakkan. Hiks...
Ah, mendingan nyanyi aja deh...


PADAMU NEGERI

Pada Mu Negeri Kami Berjanji
Pada mu Negeri Kami Berbakti
Pada Mu Negeri Kami Mengabdi
Bagi Mu Negeri Jiwa Raga Kami


SYUKUR

Dari yakinku Teguh
Hati Ikhlasku Penuh
Akan karunia-Mu
Tanah Air Pusaka Indonesia Merdeka
Syukur aku sermbahkan Kehadiratmu Tuhan

HALO-HALO BANDUNG

Halo-halo Bandung Ibukota pariangan
Halo-halo Bandung kota kenang-kenangan
Sudah lama beta tidak berjumpa dengan kau
Sekarang telah menjadi lautan api
Mari Bung rebut kembali

Udah dulu ah, apalnya baru segitu... katanya nasionalisme?


O-el lagi ni yee..

post under: sok insap

Online lagi.  


Lihat-lihat tulisan di tangkapan Ethereal yang jujur saya ngga ngerti, tapi tetap mencoba untuk mengerti.  Tetap ajah ngga paham.  Saya kenal mahluk Etherial ini dari MR. Z teman saya (ngga suka ngeblog dianya mah)  yang menyarankan untuk mencoba program ini.  Tapi, dia lupa mengajari caranya, atau memang sengaja ngga ngasih tau, saya ngga tau.



Saya coba mencermati lagi angka-angka di situ dan agak mengerti sedikit (dari tulisan-tulisan yang seabrek itu) kalo 0 itu = Not set sedangkan kalau 1=set. Cuma lagi, untuk selanjutnya yang diset dan di not set apanya, juga masih ngga ngerti.

Contohnya adalah ini:

Flags: 0x00

        0... = Reserved bit: Not set

        .0.. = Don't fragment: Not set

        ..0. = More fragments: Not set

( dan masih banyak angka-angka sejenis lainnya.)



Saya pun mencoba mengingat-ingat lagi pelajaran baskom yang penuh penderitaan jaman kuliah dahulu. O’on baget sih.  If than else, go to, get, good, dst. Tetep ajah, nggak ngeh. Semakin jauh dari Set dan Not set.



Bete, saya pun mencoba memakai Excel. Main-main.  (Setelah seharian nyari IP server yang kelihatannya pindah entah kemana, katanya servernya habis diinstol ulang, bete ngga nemu-nemu). Saya ketik di MS Excel.  

=IF(I17=1;"benul";"ngarang")  ( ini kalau lagi iseng cari rumus.

Tapi akhirnya saya baru sadar, kalau kalimat Syahadat kok bunyinya mirip bener ya?

Syahadatain (Dua Kalimat Syahadat), yaitu: Asyhadu an Laa Ilâha illallâh wa Asyhadu anna Muhammadan Rasulullâh; Saya bersaksi bahwa ‘Tiada Ilah / Tuhan selain Allah dan Saya bersaksi bahwasanya Muhammad adalah Rasul Allah.

Saya nyoba ngrumus lagi ( lumayan jadi serius).

=IF(I17=”Allah”;"benul";"ngarang")  atau coba saya ganti sesuai konsep awal angka 0 da 1 (atau set or not to set) maka menjadi :

=IF(I17=1;" Illallâh ";" Laa Ilâha ")
Illallâh  = 1  (True)
Laa Ilâha = 0 (False)


Memang tidak menyimpulkan sesuatu sih, cuman menstimulan dasar pemikiran saya saja (yg telmi),bahwasannya kalau memang dasar pemrograman itu dasarnya angka 0 dan 1, itu kan sama saja dengan dasar umat Islam pertama kali masuk yang diharuskan berikrar dengan mengucap  ” Asyhadu an Laa Ilâha illallâh wa Asyhadu anna Muhammadan Rasulullâh”.


Kudune wong islam ki pinter komputer eh, ora mung isone Excel....

(postingan ini bersamaan dengan ketemunya Ipserver yang baru, saya temukan dari Capture Etherial persis-bersamaan pas instoling Servernya)



[Set Mode: Natalie Cole – Miss U Like Crazy]

Minggu, Maret 26, 2006

Ngga lagi memaki

post under: katama'q'ma'q'ku

Entah mau mulai dari mana. Bingung. Tapi dari pada jadi batu di kepala mendingan posting aja.

Sebenarnya, pertama-tama saya ingin memaki kenceng-kenceng. Tapi setelah saya pikir-pikir, ngga ah. Kan dah ada blog saya yang khusus makian. Lagian, masa paragrap pembuka diawali dengan makian? (atau ide bagus juga tuh, bisa dicoba lain waktu).

Dua kali kena sial gara-gara melupakan kebiasaan lama. Apakah kebiasaan itu? Kebiasaan itu adalah, saya punya kebiasaan kalau ke mana-mana membawa kamera digital plus tak lupa juga ngisi batereinya dengan yang baru, kalau perlu plus back-up satu pack. Just in case.



Kekecewaan pertama terjadi terjadi pada saat RI1 datang. Kala itu, sebenarnya banyak moment penting yang bisa diabadikan tapi berhubung ngga bawa kamera, yah akhirnya kelewat juga. Bukan ngga bawa kamera ding sebenarnya, tapi kali itu kehabisan baterei persisnya. Sudah mantap-mantap mau jeprat-jepret, eh..baterei habis. Lewat deh.

Kali yang kedua adalah, saat ini. Ya saat ini. Persis sebelum saya nulis ini. Anjrit!!! (Nah kan, memaki juga!!). Apa pasal kah itu, hingga daku dongkol setengah kelenger? Barusan dah foto ma Mba Angie, mesra (lumayan ding he..he..), tapi eh tapi setelah ditengok ke preview kok ilang. Habis tuh kamera saya utak-atik (maunya si saya banting, berhubung punya orang ya ngga jadi), eh gambarnya ngga ketemu-ketemu juga. Yoi jek, apes gara-gara minjem kamera, mana yang njepret juga minjem. Xi..xi..xi...

....dan smua menghilang....!! (terlintas liriknya garasi).

Bukan masalah foto ma siapanya sih sebenarnya (belagu). Tapi ya itu, sebagai fotograper amatir (senjata andalan kamera digital non SLR) kawakan kok kejadian seperti itu bisa terjadi. Terulang-ulang lagi. Dua kali. Anjritt!! (maki-maki lagi).

Nah dari sini, saya mau mengingatkan diri sendiri saja ah, antara lain yaitu :

1. Hargailah kamera sendiri, walaupun buluk plus jelek (3.2 mpx).
2. Jangan lupakan kamera sendiri, walaupun buluk plus jelek (3.2 mpx).
3. Bawalah kamera sendiri (dikantong kek, dikalungin kek, ditas kek, pokoknya bawa!), walaupun buluk plus jelek (3.2 mpx).
4. Belilah kamera sendiri, walaupun buluk plus jelek (3.2 mpx).
5. Jangan lupa, baterei cadangan selalu.
6. Kalau perlu, notebook plus kabel usb, (jaga-jaga kalau kameranya out-off-memori + ngga mampu beli mcard kapasitas gede).
7. Atau kalau perlu CD blank + DVD blank (jaga-jaga juga, kalau notebook-nya run out off memory , kalau ini kayanya agak berlebihan).


Nyanyi ah.. :


Sebelum kau benar-benar pergi
Ucapkan satu kata yang tulus
Bahwa kau mencintai diriku sepenuh hatimu
Dan aku merasakan kau selalu di sini

Reff:
Wahai kau cinta sunguh tak ada yang bisa
Mampu berpaling darimu bila terlanjur sayang
Wahai kau cinta yang luluhkan hati ini
Membuat sgalanya indah semua karena cinta

Sebelum engkau pergi
Ucapkan yang terindah dari lubuk hatimu
Bahwa kau mencintai diriku sepenuh hatimu
Dan aku merasakan kau selalu di sini

Kembali ke: Reff

Wahai kau cinta hoo ohh
Membuat sgalanya indah semua karena cinta




Kamis, Maret 23, 2006

Membuat Post-Summary

post under: tip blog gratisan


Post-Summary/read the rest of this entry/baca selanjutnya dll, biasa dibuat agar ,katanya, eye catchy. Walau sudah banyak yang ngasih trik ini, saya nyoba ngulas lagi (semampunya). Bukan apa-apa, hal ini disebabkan karena ada yang tanya.

Cara membuat "Post-Summary " atau biasa disebut dengan " baca selanjutnya/read the rest of the entry/baca!!!/lanjut!!!" bisa dibuat dengan cara menambah :

1. <span class="fullpost"> </span> pada salah satu bagian yang mau disembunyikan pada postingan kita(atau dijepit). Code ini bisa disimpan di Settings>>formatting>>Post Template (biar ajeg muncul tiap mau posting, intine ben ora ngrepoti/malah ngrepoti?)


2. Tambahkan :
<MainOrArchivePage>
span.fullpost {display:none;}
</MainOrArchivePage>

<ItemPage>
span.fullpost {display:inline;}
</ItemPage>

pada style sheet, melalui temmplate tentunya ( tanpa mengurangi dan ditambahi). Dan in diletakkan persis sebelum tulisan </style> (biasanya yang atas sendiri setelah para meta)

3. Setelah itu menambah (masih pada template)
<a href="<$BlogItemPermalinkURL$>">lanjut!!!!</a>

setelah

<MainOrArchivePage>

sehingga menjadi

<MainOrArchivePage><a href="<$BlogItemPermalinkURL$>">lanjut!!!!</a></MainOrArchivePage>.

detil lihat skrinsut aja .



4. Sebelumnya pastikan pada archieving, ENABLE POST PAGES-nya dienable. .

skrinsut


Efek samping:
1. Setiap posting sebelumnya (yang ngga pake dijepit), bisa dipastikan kata "lanjut", tetap muncul selalu.
2. Lumayan repot dalam nyusun postingan (terbukti dalam postingan kali ini hehehe...suerr!! palagi pas bloggernya kemehek-mehek huek-huek)

Sabtu, Maret 18, 2006

Forbidden

post under: katama'q'ma'q'ku


Forbidden
You don't have permission to access / on this server.
Additionally, a 403 Forbidden error was encountered while trying to use an ErrorDocument to handle the request.
Hiyakkkxxss… OK!!

Selasa, Maret 14, 2006

The man who called Rambat

post under: opini

Ketika saya masih kecil, di kalangan teman-teman terkenal sosok manusia yang akrab dipanggil rambat.  Entah dari mana asal-usul kata rambat ini, yang jelas Rambat ini adalah semacam manusia gelandangan yang kemana-mana telanjang.

Kesannya dekil, lusuh, jorok dan yang jelas, dia bugil. Bukan bule gila, karena rambat bukan bule.  Jawa tulen. Nama Rambat sering dipakai oleh anak-anak tuk mengolok-olok teman yang lain.  “ Hi, seperti rambat kamu” begitu misalnya.  Ya, karena lusuh, kumuh jorok, anak yang diolok biasa dikata-katai dengan sebutan rambat.Dan saya yakin, orang dewasa pada masa itu pun sama kesannya dengan anak-anak pada masa itu.    Anak-anak yang notabene sekarang sudah pada gede-gede, yang mengerti apa piktor (aka: pikiran kotor/ngeres).  Bahwasannya Rambat itu kumuh, tapi bukan porno.  

Bandingkan kalau kita melihat foto model terkenal dengan busana yang tipis meliak-liuk di tepi pantai, dengan tatapan yang centil menatap lensa kamera, menatap anda di layar televisi.  Apa yang anda pikirkan? Entahlah, barangkali sama dengan saya, syurrr.  Imajinasi melayang kemana-mana.  Dari ujung kulon sampai banyuwangi barangkali.   Dari sunan kuning sampai vila bandungan atau entah mana lagi.  Atau hotel barangkali? No hp?

Subtitusi si foto model adalah sebuah angkutan umum (komoditas).   Bayangkan juga RUU APP sebagai rambu lalu-lintas.  Bayangkan rambat adalah sebuah mobil pribadi.  Subtitusi televisi, koran,  vcd dan segala media yang dipergunakan sebagai sarana adalah jalannya.  Ok, sekarang bayangkan bahwa di jalan itu ada perboden/rambu lalu-lintas ( entah bahasa aslinya apa, forbiden?).  Perboden itu bertuliskan “ UMUM (disetrip)”.  Nah, sekarang renungkan, masuk akal tidak?  Atau malah, ngga  nyambung ya..??

Pikirkan juga, jika anda punya saudara, anak, sepupu, kakak, atau adik.  Dan dia adalah si foto model yang terkenal itu, relakah anda?  Dari lubuk hati yang paling dalam?  Kalau saya pribadi, ngga rela.  Mungkin,  begitulah yang sedang dilakukan pemerintah.   Memasang rambu-rambu.  Bertindak sebagai orang tua, saudara, kakak, adik, atau mungkin teman barangkali.  Merasa bertanggungjawab terhadap laju moral bangsa. Paling tidak sudah ada yang merasa bertanggung jawab.

Saya sebagai seorang muslim, punya rambu-rambu tersendiri mengenai batas-batas kepornoan.  Bukan porno mungkin istilahnya, lebih tepatnya adalah aurat area. Saya yakin, anda yang muslim sudah mengetahuinya juga. Dan (mungkin) juga agama-agama lainnya. Cuma masalahnya,  kalau saya sedang nonton televisi lebih dari jam 12 malam, tanpa sengaja mencet channel salah satu televisi yang sedang menayangkan acara yang ‘syur’,  tetap saja saya tidak berdaya, pasrah.  Pasrah untuk tidak pindah channel tentunya.  Terlanjur.

Lepas dari kontroversi RUU APP, saya setuju jika yang porno-porno harus ada batasannya.  Cuma, kata porno inilah yang sulit dicari parameter dan difinisinya.  
Komoditas barangkali kata kuncinya.

Kembali ke Rambat. Saya sampai sekarang tidak tahu dimana keberadaan rambat. Tapi saya yakin, jika masih ada,  dia pastilah salah satu orang yang resah dengan adanya RUU APP.  Karena dia salah seorang yang selalu mempertontonkan bagian tubuhnya, yang  (mungkin) sensual.

Jumat, Maret 10, 2006

jauuuhhh...

post under: opini


Oahemmm.....
yawn

Beberapa hari ngga online. Hal ini dikarenakan :

  1. Ngga ada koneksi

  2. Ikut hiruk-pikuk nyambut ‘RI1’

Begitu online, seperti biasa penjelajahan blog dilakukan. Dengan urutan yang lumayan teratur sesuai dengan makanan yang ada di 360˚Y! Kalau ngga ya blog roll yang disini. Setelah itu, seperti biasanya juga langsung menuju RI1!! (belakangan menjadi situs favo ).

Tapi saya kecewa. Kecewa banget. Sedih. Masa bodoh itu hal sepele atau bukan, tapi bagi saya itu adalah penting, karena “SEPELE, TAPI PENTING!!”

Apakah hal-hal yang mengecewakan itu?
Inilah dia :

  • “Bu Ani kemudian mendapat penjelasan dari Ibu PKK yang menyertainya bahwa jamu itu berkhasiat untuk stamina pria” (kurang definitif, jamu itu adalah “purwaceng” )

  • “... Presiden kemudian melanjutkan perjalanan menuju lahan pertanian Kelurahan Siwuran Kecamatan Garung Kabupaten Banjarnegara..” (Bukan Banjarnegara tapi Wonosobo!)

  • “..Banjarnegara: Ditengah –tengah ladang jagung, Kamis (9/3) pukul 12.30 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Ibu Ani beserta rombongan mengadakan pertemuan dengan petani dan peternak dalam suasana dan fasilitas yang sangat sederhana..” (lagi-lagi Banjarnegara)

  • Kursi dan meja pertemuan semuanya terbuat dari bambu yang banyak ditemui di lahan pertanian itu (kurang spesifik, persisnya adalah bambu dengan judul pringgondani telah diekspor ke manca negara)

  • “..Padahal kopi, kakao, kapulaga, carica dan jamur adalah tanaman-tanaman unggulan di Banjarnegara..” (lagi-lagi…)





  • “..Usai memberikan pengarahan, Presiden menyerahkan bantuan dana tunai sebesar Rp 250 juta kepada Bupati Banjarnegara...” ( ..’dohhhhh...ditimpukin Bupati Banjarnegara baru tau rasa..)

  • “..Dalam acara makan siang itu, Bupati Banjarnegara minta agar Presiden bersedia memberi nama pada domba – domba yang sukses diternakkan di kawasan itu...(..walahhh...). Kontradiksi dengan “Presiden SBY akhirnya memberi nama domba-domba itu Dombos alias Domba Wonosobo ...”(Nah lho?!).

  • “..Banjarnegara: Dalam dialognya bersama para petani di lahan pertanian Kelurahan Siwuran, Kecamatan Garung, Kabupaten Banjarnegara..” ( ..i can’t take it anymore..).

  • Semoga saja besok hari sudah terevisi.......
    thinking

    Untuk: no. 1 s/d 2 baca di sini
    no. 3 s/d 7 baca di sini
    no. 8. baca di sini

    peacesign

    Rabu, Maret 01, 2006

    The Pelican Brief

    post under: filem


    Beberapa hari yang lalu nonton film lawas, judulnya The Pelican Brief. Sebenarnya pernah lihat, tapi kok ngga bosen-bosen juga. Critanya tentang pembunuhan dua orang Hakim Agung (Rossenberg & Jessen). Point of viewnya adalah seorang mahasiswa hukum Derby Shaw (diperankan Julia Robert) dan seorang wartawan investigasi Gray Grantham (diperankan oleh Danzel Washington).


    Jadi critanya, ada seorang mahasiswa hukum -Derby Shaw- membuat suatu laporan (The Pelican Brief) yang berisi teori tentang motif pembunuhan Pak Hakim tersebut. Secara garis besar isi laporannya adalah tentang keterlibatan suatu perusahaan pengeboran minyak (Matiece) terhadap pencemaran suatu rawa langka. Lha, Pak Hakim ini dibunuh karena jelas, dia sangat perduli terhadap lingkungan hidup, dan jelas pula pasti akan memfonis Matiece bersalah. Di satu sisi, Perusahaan minyak ini adalah teman baik Pak Presiden, dan juga merupakan pendonor terbesar dalam kampanyenya. Terjadilah kontrak politik, akan kelanggengan ngebor-mengebor yang notabene mencemari lingkungan ini

    Si Mahasiswa ini menyerahkan laporannya kepada dosennya Thomas Callahan (yang merangkap jadi pacarnya). Pak dosen terkejut-kejut juga melihat isi teorinya tersebut. Dia pun bertanya pada temannya –Gavin Vareek- yang bekerja di FBI (sebagai penasihat hukum FBI), apakah mungkin apa yang ada di dalam laporan itu? Sebagai pembelajaran, diserahkanlah laporan ini pada temannya ini. Lha dari temannya ini lama kelamaan laporan ini sampai juga ke tangan kepala staf kepresidenan. Dan jelas mereka kebakaran jenggot alias kelabakan. Bagaikan petir dibelah dua..begitu mungkin istilahnya.

    Seperti biasa, laporan yang masih berupa teori itupun menjadi isu santer di kalangan Gedung Putih. Aksi Bungkam membungkam pun tak pelak dilancarkan (walau bukan oleh Gedung Putih sendiri). Langkah seratus, seribu, sejuta keluar semua. Bunuh sana dan bunuh sini dicanangkan. Dari Prof Callahan, Vareek, sampai juga Shaw juga dikejar-kejar, tetapi ngga mati-mati. Kematian Callahan, Vareek membuat Shaw kalut. Ia pun mengadu kepada wartawan investigasi yang terkenal, yaitu Gray Grantham ( Danzel Washington), wartawan Herald Tribun.

    Dan, sksc (singakat kata singakat cerita), mereka pun kerjasama mengungkap kebenaran itu. Kebenaran terungakap dan mereka selamat sampai akhir cerita.

    Matiece di vonis salah, Ka staff Kepres mengundurkan diri, presiden tidak mencalonkan lagi, Shaw berlibur di suatu kepulauan terpencil dan tidak ada yang tahu kemana kecuali Grantham (mungkin ke Wakiki-Hawai ya?), sedangkan Grantham tetap menjadi wartawan investigasi yang terkenal.