Jum'at sore (tahun 1992), udara cerah, angin berhembus lembut, saat Pramuka.
Gadis manis lari-lari mendekatiku. Badannya padat, maklum.. atlet renang dia, mulutnya yang mungil, menantang. Potongan rambutnya pendek, mengikuti ritme geraknya yang lincah. Senyumnya manis, matanya jernih. Tajam. Akupun hanya bisa bengong hooohh...
" Yuk bareng aku?" ajaknya. Memang oleh kakak-kakak pramuka, semacam senior begitu, disuruh memecahkan soal berupa sandi apa gitulah, lupa, dengan mencari pasangan, maksudnya biar bisa kerjasama gitu.
Tangan-tangan kecilnya menggenggam tanganku. Lembut. Dia menarikku sambil berlari-lari kecil. Aku pun masih bengong.. hooh. Tanpa kusadari, dalam kebengengonganku, ada sebongkah kebahagiaan, "happy on the way". Ingatanku masih jelas sekali untuk yang satu ini.
Mulai hari itu aku pun mulai lirik-lirikan dengan gadis itu. Di kelas duduknya tepat di belakangku. Kelas 2 SMP waktu itu. Kelas yang sementara waktu berjauhan dengan sekolah pusat yang ada di kota. Lokasinya agak dekat dengan pasar, dan kalau jalan kaki kira-kira bisa ditempuh dalam waktu seperempat jam. Tempatnya sejuk, banyak pohon cengkih menaungi.
Sejak kejadian itu, kitapun jadi sering lirik-lirikan. Entah kenapa hanya dari lirik-lirikan itu saja aku mulai merasakan adanya ketertarikan. Cuma, belum di ke selatan-kan.Teringat sesekali, kalau ada penilaian pelajaran gambar, dia pun suka dekat-dekat. Nempel-nempel. Doohhh... Oiya, dalam pelajaran menggambar disekolah kami, terkadang Pak Guru memang mengadakan semacam asistensi di luar kelas, biar terkesan nyantai katanya.
Aku benar-benar menikmati keadaan ini, kedekatan ini. Dan dari situ, gosip pun meruak. Tapi anehnya, setiap orang yang tanya ke aku tentang hubungan kita, selalu ku sangkal bahwa kita ngga pacaran. Bego. Kata pacaran memang asing buat ku.
Hari berganti bulan dan seterusnya, dan ntah kenapa, beberapa hari kemudian, anak itu mulai mengabaikanku. Bukan hanya itu, menghindari dengan gamblang! Aku masih ingat, waktu itu ketemu atau berpapasan di selasar, dengan tidak sengaja, dan wups...! dengan gerak reflek dia langsung memutar arah 180˚, disertai mlengos tentunya. Dan seperti saat pertama, aku pun hanya bisa bengong
Sampai kelas tiga pertanyaan mengapa dia seperti itu masih belum terjawab.
Tahun berganti tahun, hari berganti hari. SMA kita tidak bersama lagi. Ya, dia melanjutkan SMA di kota lain, kota gudeg. Lama sekali tidak terdengar kabarnya, hingga suatu saat...
(tahun 2004, percakapan dengan mr. z)
Jie : ndalu2 online Tok? (malem-malem masih onlain)
tok : Yupe, sui mboten ol Jie..njajal nonton2 (ya, lama tidak onlain coba-coba lihat-lihat)
Jie : Kelingan mboten Tok? (ingat ngga?)
Jie : http://www.friendster.com/zyx (maksunya suruh ngeklik )
tok : maksude nopo Jie? (aku ngga ngeh )
tok : Mboten mudeng jah, nek friendster-e si kelingan mawon nggih
tok :
tok :
tok : ZYX ..... (disamarkan, bosen dengan samaran xxx. Baru ngeh kalau itu menunjuk user id FS si Ehem...)
tok :
Jie : Inggih, kula nggih kaget (Iya, saya juga kaget)
tok : Lha ketemu teng pundi Jie? (lha ketemu di mana?)
tok : ngertos emaile mboten? (tau emailnya tidak ?)
Jie : mboten, namung search mawin (tidak, hanya search saja)
Jie : mawon (= saja, ralat kata mawin, ngetik cepet)
Jie : pengen ngertos, tiyang sing saking wonosobo sinten mwaon (pingin tau orang dari wonosobo siapa saja di FS -tumben ndak diralat )
tok : Ooo ngoten too... (gitu to .. )
tok : Kulo wastani ngertos alamate...(saya kira tau alamatnya)
(sebait arsip yang ku temukan di reruntuk harddisk busuk)
15 tahun telah berlalu, pertanyaan itu masih belum terjawab, tapi ingatan masa kecilku masih melekat begitu dahsyat.